Dalam agama kita, Al-Islam, cinta yang tertinggi dan paling mulia adalah Mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan dalam agama Allah) yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya.
Adapun cinta yang lainnya (yang Bang Udin bahas) yakni cinta pada wanita. Mungkin semua cowok pernah ngrasain. Rasanya hampir tak terkatakan. Adakalanya cinta itu membahagiakan tapi tak jarang juga yang menyakitkan. Ada satu kisah tentang seorang ulama di kalangan Tabi’in, yang mana beliau terkena fitnah ini (fitnah wanita), kemudian beliau menukil perkataan sebagian sahabat: “Jika setan berputus asa menggoda seorang hamba, maka ia menggodanya dengan wanita.” .Sebenernya ini bukan cuma buat cowok, karena kan bukan cuma cowok yang jatuh cinta, hehe!! Kalo antunna (kata panggil untuk wanita jamak) baca ini juga bisa ambil pelajaran. Caranya, ambil aja pemahaman kebalikannya. Imam Ibnul Qayyim membagi cinta ini menjadi 3, yakni:
1.Cinta yang bermanfaat, halal, dapat menghantarkan pada tujuan yang disyariatkan Allah, cinta yang telah berada pada bingkainya, cinta yang dipuji di sisi Allah dan di sisi manusia, yakni cinta pada istri.
2.Cinta yang haram, dibenci di sisiNya, menjauhkan dari rahmatNya, cinta yang berbahaya bagi hamba, yang mengancam agamanya, cinta yang menjadi penghalang antara hamba dengan Allah. Demi cinta ini, seorang hamba mau melanggar syariat Allah. Inilah cinta pada sesama jenis.
3.Cinta yang mubah. Cinta yang tiba-tiba datang, seperti mencintai wanita cantik yang sifatnya dikatakan kepadanya, atau dilihat dengan tak sengaja, lalu hati pun tertambat padanya. Tapi cinta ini tak sampai menjerumuskan dirinya hingga melakukan maksiat dan kedurhakaan (seperti berhubungan atau berpacaran dengan wanita itu). Yang ini tak menimbulkan siksaan. Yang paling bermanfaat adalah membuang jauh-jauh cinta ini dan menyibukkan diri dengan hal yang lebih bermanfaat. Dan juga harus menyembunyikan perasaannya, menjaga kehormatan dirinya, dan sabar dalam menghadapi ujian cinta ini. Sehingga dengannya Allah memberinya pahala. Yang mesti dilakukan adalah mengganti cintanya itu dengan dengan kesabaran karena Allah, tidak patuh pada bisikan nafsu dan lebih mementingkan keridhaan Allah dan apa yang ada di sisi-Nya. Jenis cinta yang ketiga ini membutuhkan bingkai yang syar’i yang dihalalkan oleh Allah Ta’Ala.
Dari sini, dapat dipahami bahwa seandainya bara cinta itu -yang lahir karena keindahan seorang wanita- mampu dipendam (bahkan diredam), dan tidak melanjutkannya pada tahapan yang melanggar syariat, kemudian bersabar dan memohon ketabahan kapada Allah, dan lebih memilih keridhaan Allah walau harus bertarung dengan perasaan sendiri, maka ini yang dibolehkan. Dan satu hal yang boleh terlupakan bagi seorang muslim, bahwa Allah tak mungkin menyia-nyiakan hamba-Nya yang lebih memilih cinta dan kasih sayang-Nya.Mungkin dengan ujian cinta dan sikap kita yang seperti itu (lebih memilih keridhaan Allah), Allah ingin kita menjadi hamba pilihan yang kelak akan merasakan indahnya bersanding dengan bidadari nan menawan di jannah-Nya.
Mabuk Cinta = Adzab
Masa’ sih? Simak deh perkataan Ibnu Taimiyyah: “Buah dari kasmaran/mabuk cinta/al-Isyq adalah kurangnya akal dan ilmu, rusaknya agama dan akhlaq, rasa gelisah yang membuat lupa seluruh kemaslahatan agama dan dunia berlipat gundah. Bukti nyata betapa berbahayanya penyakit ini cukup diketahui dengan melihat keadaan umat-umat terdahulu atau mendengar kisah-kisah mereka. Ini lebih baik dari langsung melihat atau mencobanya. Barangsiapa yang pernah ditimpa penyakit ini atau melihat korbannya akan dapat mengambil pelajaran. Tidaklah terdapat penyakit kasmaran melainkan bahayanya lebih besar dari manfaatnya.”
Ibnul Qayyim berkata: “Cinta membuat raja menjadi hamba dan penguasa menjadi jelata.”
Terapinya
Tiap penyakit ada obatnya, itulah yang dalam Islam, karena Rasulullah bersabda dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.”
Ibnul Qayyim berkata: “Gejala cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.”
Bagi yang telah merasakan sisi negatif dari virus ini (mabuk cinta) dan ingin kembali, nggak mau terjerumus ke dalamnya, nih, Bang Udin punya terapinya:
1. Ikhlaskan niat dalam tiap ibadah.
2. Memohon dan berdoa kepada Allah.
3. Menundukkan pandangan (tidak jelalatan).Pandangan yang kita layangkan akan menitikkan bekas di hati, kemudian jika bekas itu kita selalu pikirkan sulit bagi kita untuk melupakannya. Sekarang, berapa banyak pandangan kita layangkan, padahal hati kita itu lemah, yang belum tentu bisa menanggung semuanya.
4. Berpikir akibat yang akan ditanggungnya.
5. Menauhi dan melupakan orang yang dicintai .
6. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.
7. Mengingat mati.
8. Konsisten dalam belajar agama Islam.
9. Membayangkan cela orang yang dicintai. Abdullah bin Mas’ud berkata: “ Jika salah seorang di antara kalian tertarik kepada seorang wanita, maka ingatlah kebusukan-kebusukannya (si wanita).”
Mungkin ini sedikit dari bang Udin. Sebagai pengingat bagi yang lalai, sebagai obat bagi yang terjangkiti, sebagai satu langkah untuk kembali, sebagai tanda cinta kita kepada Allah Ta‘ala.
majalah 'izzuddin 69
Source: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2a/Anodorhynchus_hyacinthinus_-Hyacinth_Macaw_-side_of_head.jpg
0 comments:
Posting Komentar