Sabtu, 14 November 2009

Bintang Yang Kunanti

Hidup. Bila kurasakan selama ini rasanya selalu hampa. Hambar. Selalu sama dari hari ke hari berikutnya. Aku tak tahu yang saat kutuliskan untukmu kini, namun itulah yang sesungguhnya terjadi padaku.
Saat malam datang menjelang, di masa kecilku selalu bertaburanlah para bintang di langit menemani Sang Dewi Malam menghiasi langit yang gulita. Kagum sekali saat itu. Sampai kini pun aku masih menyimpan memori keindahan malam yang hiasi hidupku itu.
Saat Sang Surya memanggilku di pagi hari dengan cahayanya yang penuh pesona aku kagum akan kekuatannya. Semasa kecilku aku sering berdecak kagum karenanya. Aku terus bertanya di hati kecilku mengapa matahari memiliki cahaya yang dapat membuat seluruh penduduk bumi rindu atasnya.
Saat aku berdiri di sore hari, di ufuk barat nampak Sang Surya tengah dalam posisi yang mengerikan. Kadang aku menangis saat melihatnya. Aku sedih. Namun ibuku hadir mendekatiku dan dengan lembut bertanya padaku, “Mengapa engkau menangis wahai buah hatiku?” Dengan lugu aku menjawab, “Itu bu, matahari mau jatuh ke bumi.” Ibuku tersenyum mendengar jawaban yang meluncur dari bibir mungilku waktu itu. Beliau lalu menjawab dengan penuh kasih, “Tenanglah anakku sayang, matahari tidak akan jatuh ke bumi. Dia hanya akan beristirahat sebentar bergantian dengan bulan yang akan muncul di malam yang kelam.” Aku terdiam. Pikiran anak kecil yang polos masih ada di dalam diriku membuat jawaban ibuku itu mudah masuk dalam kalbuku.
Hari demi hari kususuri dengan penuh kerja keras. Tiada sedetikpun terlewat tanpa aku kosong di pikiranku. Setidaknya itulah yang telah dididikan dari orang tuaku. Tak boleh membiarkan pikiran kosong tanpa sesuatu. Harus tetap dalam memikirkan sesuatu atau sesuatu. Dan bayangan bintang, bulan, dan matahari tetap mengiang di pikiranku.
Kini aku telah beranjak dewasa. Tujuh belas tahun aku telah hidup di dunia ini. Aku merasa sangat berbahagia atas karunia itu. Apalagi aku kini telah dikelilingi orang – orang yang dapat kubagi kebahagiaan. Sahabat. Teman. Itulah yang selama ini aku cari. Tak semua orang mendapatkan karunia yang sama. Ada bayi yang baru lahir kemudian kembali pada Yang Memilikinya. Ada pula yang meninggal saat baru menginjak masa kanak – kanak, sekolah, bahkan remaja. Ya Allah, maafkanlah dosaku selama ini...
Aku mulai merasakan manis, pahit, asam, dan asin dari kehidupan ini. Walaupun kadang di hati ini terasa masih ada yang kurang. Ada sedikit yang masih mengganjal perasaanku. Aku tak tahu apa itu. Aku masih menyimpan misteri yang harus kupecahkan. Apakah itu berhubungan dengan Ms. O? Apakah ini berhubungan dengan cinta? Terus kutanyakan pada hati dan pada Tuhanku saat aku bersujud di hadapannya, namun aku masih belum mengerti cara bagaimana untuk meraih jawabannya. Aku pernah mendengar suara bahwa jawaban yang kucari ada di dalam keruhnya hatiku. Bila aku dapat membersihkannya aku akan segera melihatnya. Namun aku harus menyelam lagi lebih dalam ke relung hatiku untuk melihat yang lebih jelas. Bintang itu kini terbang entah kemana.


http://www.clker.com/cliparts/t/a/X/A/X/y/number-2-button-md.png

0 comments:

Posting Komentar

 

- Copyright © 2015 Word and Life - | - Designed by George Robinson on BTDesigner - | - Proudly powered by Blogger -